Kamis, 14 September 2017

CERPEN: Comeback Stronger


Karya : Aslika indriani prodi manajemen



Semilir angin yang melewati jendela ruang kelas membuatku nyaman untuk meenikmatinya. Gemuruh suasana kelas membuyarkan lamunanku. “Murid baru datang awas minggir”. Kata salah satu teman sekelasku yang bernama vane. “selamat pagi, kita hari ini punya murid baru. Silahkan perkenalkan nama kamu nak” kata wali kelasku yang bernama Pak Sanjaya. “terima kasih pak. Namaku Rehandiaz Atmanegara, panggil saja rehan. Senang bertemu dengan kalian”. Katanya dengan melemparkan senyuman yang membuat suasana kelas menjadi gaduh karena senyumannya tadi. Namun tidak denganku, aku masih terdiam sesaat dan kembali melihat kearah keluar jendela. Pak sanjaya kemudian menyuruhnya untuk duduk.
Pelajaran hari ini telah selesai. Akupun bergegas untuk pulang. “Tunggu” kata rehan ketika aku akan meninggalkan kelas. Aku berbalik dan dia memberikanku sebuah kertas sedetik kemudian dia langsung pergi. Sontak membuat teman-temanku penasaran apa yang terjadi antara aku dan rehan. “deb, kamu sama anak baru itu saling kenal?” tanya vane yang memang diketahui dia ratu gosip di kelasku. Aku hanya mengangkat bahuku dan memasukkan kertas tadi ke dalam tas ranselku. “teman-temanku ayo pulang”. Kataku sambil merangkul kedua sahabatku vane dan yesi.
Ujian nasional untuk tingkat SMA mulai mendekat, dan aku saat ini sedang belajar untuk mempersiapkan diri menjelang ujian. Tiba-tiba aku teringat kertas yang diberikan rehan kepadaku. Akupun membuka kertas itu. “Aku merindukanmu”. Begitulah isi kertas tadi yang diberikan kepadaku. Dan aku langsung merobek kertas itu dan membuangnya.
4 tahun lalu...
Suuasana siang hari di kota Bandung  yang cerah memberikan wajah ceria dan bahagia sepasang anak SMP yang sedang berjalan menelusuri jalanan dengan bernyanyi bersama. “Rehan, tunggu aku. Aduh” teriakku ketika mengejar rehan daan kemudian aku terjatuh. Dengan cepat rehan berlari kearahku “Apa kamu baik-baik saja? Mana yang sakit” tanyanya dengan wajah khawatirnya. “Sepertinya kakiku terkilir rey” jawabku ke rehan. Dengan cepat dia memasangkan jas sekolahnya ke pinggangku dan kemudian dia sudah siap dengan posisi jongkoknya. “Sini naik, aku gendong”. Aku terdiam sesaat dan kemudian aku menaiki punggungnya. “Makanya kalau lari itu hati-hati”. Omelnya yang membuatku senang dan ku jawab “iya-iya”. Kamipun pulang.
Terdengar sepertinya ibu memiliki tamu. Akupun keluar dari kamar dan ternyata tamu ibuku adalah orang tua rehan. Mereka datang kesini memintaku untuk menjauhi rehan. Dengan alasan karena tidak ingin rehan bergaul dengan anak yang memiliki keluarga tidak normal. Memang ayahku memiliki keterbatasan yaitu tunawicara. Mendengar penyataan itu membuatku meneteskaan air mata. Tak ku sangka bahwa orang tua rehan akan bertindak seperti ini. Maafkan aku ayah.
Keesokan harinya aku melihat rehan sudah duduk dibangku yang bersebelahan denganku dan tersenyum ke arahku. Namun, saat ini aku benar-benar marah dan mengabaikan rehan. Rehanpun mencoba mendekatiku. Aku masih tidak meresponnya. “Kamu kenapa sih deb?” Tanya rehan yang mulai mengeraskan suaranya. Sebelum aku menjawabnya tiba-tiba wali kelasku datang dan menyuruh rehan ke ruang guru.
Sudah jam istirahat, tapi aku belum melihat rehan kembali ke kelas, setelah dia di panggil di ruang guru. Aku mulai khawatir meski saat ini aku sedang marah dengan dia. Kemudian aku mencoba ke ruang guru untuk mencari rehan. Setelah aku sampai di ruang guru aku tidak melihhat sosok rehan. Wali kelasku menghampiriku dan beliau sudah tahu apa yang aku cari, kemudian beliau memberi tahuku bahwa rehan hari ini akan dipindahkan di Bali. Setelah mendengar itu aku langsung lari mencari rehan untuk mendapatkan jawaban yang ada di dalam kepalaku. Tapi apa daya rehan sudah pergi setelah aku sampai di depan gerbang sekolah. Aku hanya bisa duduk dan menangis melihatnya pergi.
Flashback End..
Siang ini aku dan kedua temanku berencana akan ke taman bermain di Bandung. Ketika libur kita memang sering ke tempat ini walau hanya sekedar untuk menghilangkan rasa jenuh. “Deb, tumben kamu diam aja dari tadi. Apa ada yang mengganggumu?” tanya yesi yang melihatku sedari tadi hanya diam saja. “Ahh nggak kok. Yuk naik itu” jawabku sembari menunjukkan ke arah permainan Viking. “ Loh itu bukannya si anak baru itu kan? Ngapain dia kesini?” celetuk vane yang melihat rehan berjalan ke arahku. Dan memang benar sepertinya dia adalah rehan. Aku kaget karena dia langsung memegang tanganku dan menyeretku ke tempat yang jauh dari kerumunan. Yang membuat kedua temanku sangat terkejut dengan situasi yang tidak biasa ini.
“Lepasin aku” kataku sesampainya di tempat yang jauh dari kerumunan tadi dan melepaskan genggaman tangan rehan. “Kenapa kamu selalu menghindari aku? Kenapa kamu tidak mengabari aku? Kenapa kamu bersikap dingin kepadaku? Kenapa kamu jadi gini sama aku?” begitulah pertanyaan beruntun yang diberikan rehan kepadaku. “Aku seperti ini karena kedua orang tuamu” Jawabku singkat dan bergegas pergi dari hadapan rehan tapi rehan masih menahanku pergi. “Tunggu deb, maksud kamu apa?” Tanyanya kepadaku dengan menahan tanganku. “Aku tau aku berasal dari keluarga yang tidak sama dengan keluargamu, dan seharusnya aku tidak mengenalmu dan membuat keluargamu malu karena aku. Jadi aku mohon jangan temui aku lagi” Jelasku padanya dengan mata yang sudah berkaca-kaca “Apa? Jadi kamu menjauhiku karena orang tuaku?”. Sejenak hening menyelimuti suasana ini.
Detik berikutnya rehan tiba-tiba berlutut dihadapanku yang membuatku kaget. “Maafkan aku deb dan juga maafkan keluargaku. Aku benar-benar tidak tau kalau orangtuaku berkata seperti kepadamu. Kamu boleh marah sama aku. Tapi tolong jangan benci kepada orangtuaku. Aku mohon maafkan keluargaku agar ayahku bisa tenang disana”. Astaga ternyata ayahnya rehan sudah meninggal. Sejujurnya aku tidak pernah membenci siapapun. Aku hanya tidak ingin menjadi beban bagi orang yang menyukaiku. Aku tahu berat beban bagi orang yang menyukaiku Setelah mendengar cerita dari rehan tak seharusnya aku bersikap seperti ini. Dan tak seharusnya aku menjauhinya.
Sekurang apapun dia, kejarlah dia. Karena cinta  tak butuh kesempurnaan, tapi kesetiaan yang akan berujung kebahagiaan.



The End....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar